Senin, 18 Mei 2009

Selamat Tinggal Anakku Tercinta

Pada suatu hari lahirlah seorang anak Desa tepatnya di Desa Cengkong Abang kec. Mendo Barat Kab. Bangka, adalah desa yang damai yang tidak ada duanya yang diberi dengan nama Riduan. Ketika kecil dia ini adalah anak yang sangat nakal, berkelahi, jahilin tanaman orang, ngambil tanaman orang, nyuri duit orang tua, bolos sekolah, jahat sama teman-teman cewek, ngelawan orang tua, ngelawan guru, ngebukin dan namparin kakak dan adek dia, itu adalah hal yang lumrah yang dilakukan oleh seorang Riduan.

Ketika umur sudah memasuki 12 tahun, tepatnya setelah menyelesaikan bangku SD, dia dipaksa orang tua masuk ke pesantren. Awalnya dia mau dikirim ke Kalimantan dan masuk pesantren Salafiah, tapi berhubung ada kendala keuangan akhirnya dia tidak jadi dikirim dan mondok disana yang sebenarnya dia juga kurang suka dan tidak mau sekolah dipondok yang hanya mengajarkan kitab-kitab kuning itu. Setelah selang waktu beberapa hari sesudahnya, ketika seorang ibu lagi bingung-bingungnya mau kemana dia ini dibuang? Alhamdulillah akhirnya berkat bantuan seorang guru dari seorang obak akhirnya dia di buang ke Bukitinggi tepatnya di kelurahan Candung Kab. 4 agkat Candung Bukittinggi SUMBAR.

Tanggal 18 Juni 2000 dia tiba di Bukittinggi, dua hari selang itu dia mendaftar di temani seorang obak yang sangat mencintainya sekalian mengikuti Tesnya dan Allhamdullilh dia lulus. Tiga hari setelah itu obak pulang ke Bangka, sudah bisa dipastikan kesedihan menghampiri dia. “Selama Tinggal Anakku Tercinta, Rajin-rajin belajar, jaga kesehatan, jangan lupa berdo’a dan jangan pernah menyerah” itulah pesan yang ditinggalkan oleh obak sebelum pergi.



Air mata selalu mengalir keluar sampai akhirnya obak jauh tidak terlihat lagi. Sampai jumpa obak, dia berjanji bahwa dia akan buat obak bangga miliki anak seperti Riduan. Bisik saya dalam hari.

PONPES Pertama dan Terbaik di Sumatra Barat

Beberapa hari setelah kepulangan Obak, tidak pasti tanggal berapa, dia resmi menjadi seorang santri sekaligus siswa di sekolah tersebut. Sebenarnya sekolah dia ini adalah pesantren tapi pesantren modern, soooooooo selain ilmu agama dia dapatkan dia juga bisa melanjutkan studi ilmu Umumnya. Ntah bahagia atau duka yang dia rasakan, yang jelas diasangat bahagia bisa sekolah disana tapi setelah kepulangan obak hari-hari yang saya lewati adalah dengan menangis. Menangis rindu kepada Omak, obak, kakak dan adek-adek dia. Bayangin aja anak masih berumur belum genap 12 tahun sudah ditinggalin dan pisah sama orang tua. Tapi alhamdullillah, berkat kesabaran, semangat dan do’a orang tua semua itu bisa di atasi.

Pada tahun 2004 dia menamatkan jenjang pendidikan sanawiyah yang kemudian dilanjutin dengan jenjang Aliyah masih disekolah tersebut dan Alhamdullih selama tiga tahun setelah itu dia bisa menyelesaikan jenjang aliah dengan nilai yang sangat memuaskan. Dia sangat bahagia dan bangga bisa sekolah diluar daerah, apalagi dengan nilai yang memuaskan diakhir pendidikan dia. Dan tidak kalah membanggakan lagi bahwa, selama tujuh tahun dia mondok dan menjadi santri di pesantren yang bernama Pondok pesantren Madrasah Tarbiah Islamiah Candung atau biasa di sebut dengan MTI Candung yang pasilitasnya sangat memuaskan, gedungnya bertingkat tiga dengan luasnya sekian hektar, ada labornya yang terdiri dari labor computer, labor bahasa, labor fisika, kimia dan fasilitas-fasilitas yang tidak ada didapatkan di sekolah atau pesantren modern lainnya khususnya lagi tidak didapatkan apabila dia sekolah atau mondok di Bangka. Yang lebih membanggakan lagi PONPES ini adalah PONPES pertama dan terbaik di Sumatra Barat saat ini yang didirikan Oleh Syech Sulaiman Arrasuli seorang ulama yang krismatik yang ilmunya sudah tidak bisa dipertanyakan lagi. Beliau juga adalah Tokoh pertama sebagai pencetus lahirnya PERTI (Persatuan Tarbiah Islamiah). Yang kemudian pondok itu dipimpin oleh anak-anak beliau. Ya Allaaaaaaaaaah, sangat merindukan kembali dan mondok si sana lagi. Cetusnya dalam hati.

Ciuman Pertama

Tujuh tahun saya disana, nyuci, masak dan tidur dihabiskan dengan sendiri. Hehe, kayak lagu aja yaaaaaaaa. Tapi disinilah keunikan dan menjadi kebanggan tersendiri bagi saya, karena selama disana saya bisa hidup mandiri, mandiri dalam segala hal. Disana saya mendapatkan banyak teman, ada yang dari Riau, Pakan Baru, Jakarta, Medan, Bangkulu, Jambi, Palembang, Lampung, Malaisia, Bukittinggi, Padang dan banyak lagi dan teman-teman dari Bangka pastinya. Seperti yang saya ceritakan diatas tadi ponpes tempat saya mondok adalah ponpes terbaik di Sumatra Barat sooooooo santri-santrinya datang dari berbagai daeran di Indonesia. Disana kita yang dari Bangka khususnya di bimbing oleh seorang Buya atau dalam bahasa Indonesianya adalah Kiyai yang bernama Syamsu Kamal, dirumah beliau saya tinggal bersama teman-teman dari Bangka lainnya. Beliau adalah seorang kiyai yang sangat sederhana, penyabar, murah hati dan ahli dalam bidang ilmu agama pastinya. Selain mengajar di pondok, hari-hari beliau dihabiskan dengan mengidupi Ayam kampong dan mengembala kambing tapi ketika saya datang disana, beliau sudah tidak ngidupin ayam, tapi hanya mengembala kambing. Beliau mempunyai 3 orang putra, alhamdullih berkat kegigihan, kesabaran dan do’a beliau semua anak-anaknya menjadi orang yang sukses, ada yang sukses di Amerika, di Prancis dan di Bali. Tapi walaupun semua anak-anak beliau sukses dan menjadi orang besar baliau tetap masih ingin mengembala kambing dan memarahi anak-anaknya jika melarang dia mengembala. Yaaaaaaaaaaa seperti santri-santri lainnya saya juga kebagian hari untuk mengurusi dan mengembala kambing-kambingnya, cari rumput, masukin kekandang dan ngebersihin kandangnya, yang kebetulan kandangnya juga di belakang tempat tinggal saya, kira-kira 150 meter dari dibelakangnya. Pernah satu ketika, waktu itu hari lagi tidak bersahabat, tiba-tiba hujan deras yang kebetulan waktu itu giliran saya yang piket mengembala. Karena hujan sudah deras akhirnya saya berlari menjemput kambing-kambing itu di padang rumput untuk memasukkannya dikandang. Ketika semangat-semangatnya berlari akhirnya tepat di padang sumput tadi saya terjatuh dan suatu hal yang sangat menjijikkan dan yang paling berkesan sampai sekarang terjadi yaitu tanpa di sengaja dan tanpa sadar bibir dan hidung saya mencium kambing dan tepat pada hari dan detik itu, ciuman pertama saya resmi menjadi milik kambing. Menyedihkan banget yaaaaaaaa. Marah, kesal dan mengkerutu itulah yang saya rasakan waktu itu, akhirnya dengan segala kelemasan dan kemarahan saya berjalan dengan lesu untuk mengantarkan kambing kekandangnya dengan tubuh yang sudah menggigil.

Orang yang Gila Bola

Setiap hari, setelah pulang sekolah, biasanya saya pulang sekolah paling cepat kira-kira jam 14.30 kadang-kadang sampai sore, capek banget siiiiih tapi berhubung mata pelajaran kami yang terdiri dari pelajaran umum dan kitab kuning makanya mau tidak mau harus diterima tapi tidak jarang juga lho saya bolos. Heheeeeee.. Setiap sore setelah pulang sekolah untuk menghilangkan steres saya dan teman-teman menghabiskannya dengan berolahraga. Ada yang maen bola, badminton, takraw, Poly dan lain-lain, tepatnya di depan tempat tinggal kami, ada lapangan badminton dan takraw. Tapi saya sendiri olahraga yang sering dan yang sangat saya gemari yaitu maen Bola kaki. Saking gemarnya setiap hari baju yang saya pakai adalah baju bola (kaos) yang yang lebih parahnya teman yang paling setia nemenin saya tidur adalah bola, sampai-sampai ada teman yang manggil saya ini adalah orang yang gila Bola. Di sekolah saya masuk time dan alhamdullih saya terpilih sebagai striker utama yang junior, yaaa karena emang saya masih kecil. Awalnya sebenarnya saya memilih sebagai kipper karena dari mulai SD setiap kali maen bola saya lebih memilih ngambil jadi kipper yang kebetulan waktu di SD saya juga sebagai kipper utama, tapi entah kenapa waktu di pondok karena posisi itu ada yang lebih dipercaya dari saya akhirnya saya dipercaya untuk mencoba menjadi gelandang bertahan, tapi anehnya posisi itu tidak bisa saya terima dan membuat saya tidak nyaman, makanya setiap kali latihan saya selalu maju untuk menjadi striker, kata lainnya saya keluar dari posisi tapi anehnya setiap kali maen saya selalu mencetak Gold an bermain cantik. Setelah beberapa hari latihan akhirnya saya dipercaya oleh pelatih saya yang kebetulan waktu itu dipercaya pihak sekolah adalah ustadz Nurdin, beliau adalah ustadz muda yang juga penggemar bola menjadi seorang strker. Alhamdullih singkat cerita dari mulai waktu itu sampai kelas 5 atau stingkat dengan kelas I aliah saya selalu dipercaya sebagai striker. Tepat kelas 3 setingkat dengan kelas 2 snawiyah saya sudah dipercaya masuk ke dalan time Senior. Walaupun ketika ada pertandingan dengan sekolah lain atau ketika ada perlombaan saya masih jadi jadangannya tapi ketika saya sudak kelas 4 saya resmi menjadi striker utama di time Senior dan time sering mengikuti perlombaan-perlombaan baik itu antar sekolah di kabupaten maupun propinsi seperti perlombaan antar sekolah di Padang dan Pakan Baru Riau walupun waktu itu perlombaan antar propinsi kami tidak bisa menjadi juara alias gugur pada pertandingan pertama. Huuuuuuuuuh menyedihkan sekali.

Shalat Tahajjut Untuk Berjumpa Dengan-Nya

Hampir setiap malam, tepatnya setelah shalat Isa saya dan teman-teman belajar di mesjid dan kerumah ustadz-ustadz lain untuk belajar, atau biasa kami sebut dengan belajar duduk, maksutnya belajar sambil duduk lesehan atau bahasa lainnya belajar dengan cara halaqah dengan mengelilingi ustadz. Banyak pelajaran dan kitab yang kami pelajari seperti Nahu, sharaf, fiqih, mantik, tasawuf, tauhid, usul fiqih dan lain-lain. Kadang-kadang kami juga curhat-curhatan dengan ustadznya, baik itu curhat atau keluhan kenapa sulit banget menghapal pelajaran, curhat kesedihan karena teringan sama orang tua, malas untuk nyuci dan kadang-kadang kami juga curhat tentang cewek. Ustadz kami selalu bersabar dan tabah mendengar cerita dan curhat kami dan selalu memotivasi kami dan ngasih solusi kepada kami. Ustadz kami selalu siap dan bersemngat mendengan curhat kami apalagi kalau kami curhat tentang cewek huuuu semangat banget pokoknya. Hehe.. Di pendok kami, ustadz-ustadz tidak melarang kami untuk pacaran atau mencintai wanita, tidak sama dengan pondok-pondok lainnya. Pondok dan Ustadz kami sangat demokratis dan mengerti keinginnan santri-santrinya, paling beliau Cuma nasehati kami jangan terlalu berlebihan dan berusaha untuk menjaga diri dari hal-hal yang mengakibatkan dosa. Setelah selesai belajar biasanya kami langsung tidur, tapi jarang juga sih yang langsung tidur paling kami nonton dulu tapi tidak sampai larut malam kecuali kalau hari libur itupun jarang. Hampir setiap malam teman-teman selalu menyempatkan diri untuk bangun malam dan shalat tahajjut untuk berjumpa dengan-Nya, tapi sebenarnya hanya beberapa teman yang rutin melaksanakan ini seperti teman sekamar saya, namanya Irwan Rismansyah dari Palembang, dia ini bisa kita katakan orang yang paling pandai ditempat tinggal kami, baik itu ilmu umum maupun agamanya dan yang paling wah lagi dia ini seorang hafis yang mungkin sudah puluhan jus al-Qur’an yang dia lahab. Hampir setiap malam dia bangun, tahajjud kemudian dilanjutin dengan membaca al-Qur’an. Alhamdullillah sekarang dia kuliah di Sria Timur Tegah dan akan menyelesaikan kuliah kabarnya, tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami, khususnya saya pribadi teman satu kamar saya sebentar lagi akan menjadi seorang Ulama, sarjana dari Sria. Mudah-mudahan ilmunya bermanfaat bagi Agama, Negara ini. Amiiiin. Waaaaaaaan, jangan lupa ya sama teman kamu yang satu ini, temanmu yang sering nyuri dan makan, lauk maupun nasimu tanpa minta izin dulu abiiiiiiiiiiiis kamu sih pelit banget. Heheeeeeeeee…

Selama hampir 4 tahun tepatnya kira-kira dua bulan sebelum ujian akhir Snawiyah, saya memutuskan untuk pindah dan pisah dari mereka, alasan saya sangat sederhana saya mau cari suasana baru. Awalnya saya tidak di izinkan orang tua apalagi Ustadz Syamsu tapi karena saya bersihkeras akhirnya juga di izinkan. Tepatnya kalau gak salah, malam rabu saya pindah kos ditemani beberapa teman-teman untuk mengangkat barang-barangnya. Malam itu saya mulai mendiami kos baru saya, awalnya saya sendiri dikamar itu, tujuannya supaya saya lebih konsentrasi belajar tapi sebulan sesudah itu ada teman saya namanya Dedi Kurniawan. Dia ini sebenarnya waktu itu bisa dikatakan teman baru tapi ntah kenapa walaupun kami baru kenal kami merasa ada kecocokan. Dia ini anak orang kaya dari Riau ayahnya pengusaha. Dia menawarkan untuk berdua dan kos bersama saya, akhirnya dengan berat hati saya tidak menolaknya karena pertimbangannya untuk membantu Ibu kos juga. Ibu kos saya ini biasanya orang manggil dengan panggilan ayak, pokoknya baik suaminya, anak-anaknya, teman-temannya, sampai ke anak kecil manggilnya dengan panggilan ayak. Anehnya panggilan ayak itu kalau mengikut bahasa Bangka adalah kakak, jadi semua orang manggilnya dengan ayak. Bersambung

0 komentar:

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP